Painfull Widow : Realita Kehidupan Janda Ekonomi Kelas Bawah

credit : missouri departemen of conservation

Black widow, nama serangga ini tergolong lana-laba yang powerfull venom-nya, konon lebih kuat daripada bisa ular. Black widow atau Latrodectus mactans menyandang namanya bukan karena tanpa sebab. Betina dinamai demikian karena setelah melakukan ritual kawin, dia akan memakan laba-laba jantan. 

Tapi...
Saya cuma mau meminjam frasa namanya saja dengan artian per kata. Black dan widow, lambang dari 2 kata yang menyedihkan bagi sebagian orang. Warna Hitam diidentikkan dengan duka dan widow berarti janda, masa kehilangan pasangan. Sebuah analogi kesedihan saja!

Kenapa sih tiba-tiba bahasa soal janda?
Bukan janda yang jahat suka ambil suami orang itu kan..., sudah banyak yang gibahin itu ya...

But wait...
Adakah di sekitarmu ibu-ibu sepuh yang menjanda? 
Coba tengok sekejap, saat ini sedang kesulitan tidak?
Biasanya beliau tidak akan mengumumkan kesusahannya di status whatsapp, facebook ataupun twitter, karena beliau pasti lagi sibuk banting tulang untuk menafkahi keluaganya.

Janda sepuh yang sering saya jumpai demikian, wajahnya sesekali memelas, tapi raganya yang tua dipaksa untuk tetap bekerja. Anak-anak yang tidak sedikit (ah... seringnya kujumpai hal seperti ini) menguras perhatian fisik dan mentalnya.
Dia tiada tunjangan, tiada ketetapan upah maupun gaji.
Senyapnya bahkan tak terdengar badan amil, hanya sesekali dalam hari-hari tertentu.

Beras yang harus selalu ditanak, lauk pauk yang harus disandingkan dengan sayur mayur supaya badan sehat, karena sakit lebih mahal daripada air yang setiap hari dijerang dengan menebus galonnya untuk melepas dahaga.
Biaya sekolah anak yang tertunggak, entah bagaimana caranya harus lunas.

Qodarullah... Qodarullah
Lelaki tegap pengusung panji-panji poligami itu mungkin tak mendengar kisahnya sehingga luput untuk menyelamatkan kehidupannya. 
Wallahu a'lam mungkin juga ibu-ibu janda ini tidak berkenan untuk menjadi yang kedua...

Painfull Widow...
Saat kemudian anak-anak yang dibesarkannya dalam kesendirian dan keterbatasan menjadi generasi sandwich  yang mau tidak mau 'mengabaikan' ibunya yang sudah sepuh. 

Wallahu a'lam, kemiskinan sungguh berkawan karib dengan kekufuran. Pahit getir kehidupan membuat sang anak tidak bisa mengangkat kepedihan ibundanya.
Tengoklah, mungkin ada seseorang yang kau kenal sedang berjuang sendirian dalam masa rentanya. Seseorang yang bahkan anaknya tidak bisa menyelamatkannya untuk sekedar beristirahat di saat dirimu asyik merebah menghindari ganasnya serangan corona.

Tengoklah dan semoga apapun yang telah kita usahakan bahkan doa dan upaya mengingat dimana keberadaan ibu sepuh ini menjadi pembuka amalan kita esok hari.

Kendari
12 Juli 2020

1 komentar:

  1. Iya, Kak. Miris memang melihat kenyataan para janda yang menderita secara ekonomi. Belum lagi beban psikis karena masyarakat kita cenderung negatif sentimennya. Sayang memang LAZ ga semuanya mendata secara aktif kebutuhan para janda seperti itu padahal capaian dana lembaga-lembaga amil sangat besar. Saya jadi teringat seorang ibu janda datang ke rumah, beliau salah satu penerima paket lebaran dan uang menjelang lebaran Idulfitri.

    Kepada istri dia hampir berurai airmata menceritakan soal tetangganya. Ibu janda ini dicibir kenapa sok-sokan menguliahkan anaknya padahal buat makan mereka aja sulit. Untunglah ibu ini tegar dan ga membalas. Dia yakin ada selalu rezeki buat anaknya yang mencari ilmu, dan memang selalu ada, alhamdulillah.

    Sekarang kalau ada santunan atau pembagian apa pun dari komunitas kami, beliau kami cantumkan. Termasuk nasi bungkus untuk mereka sekeluarga setiap Jumat pagi. Ya walaupun ga rutin dan ga besar, setidaknya itu mengurangi beban memasak dan membeli lauk/sayur. Terima kasih sudah diingatkan :)

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan kenangan di kolom komentar blog. Insyaallah segera dibalas :)

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup, it's not that hard to do dear...

Diberdayakan oleh Blogger.