Sepatuku..

18.59.00
Gambar dari sosial media
Bismillah,
Alhamdulillah setelah sekian purnama...

Kemana saja...?
Hmmm....
Sejak 2018 yang lampau saya menekuni kembali dunia pendidikan, setelah sebelumnya menyelesaikan kuliah.

Sibuk mana kuliah dengan bekerja?
Yah... sibuk kerja dong... makanya kalau ada rejeki kuliah sesama kawan yang berprofesi pengajar pasti sama-sama bilang kalau kuliah itu liburan panjang... hehe

Sudah pengen ancang-ancang lagi rasanya pengen kuliah again. Kuliah tu nagih, walaupun tiap semester ditagih spp, hihi... 
Saking menyenangkannya, beberapa teman sammpai bolak balik hamil. Ini entah mitos atau fakta ya, kalau rejekinya orang kuliah itu banyakan bonusnya ijazah adalah kelahiran anak.
Sekelas saya dulu sampai hamil dua kali loh... 
*Lambai tangan buat mbak febru, hehe...

Yah tapi sekarang sedang menikmati hari-hari pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Implementasinya sungguh membutuhkan mata yang siap begadang, kaki yang lincah, jari yang rajin menari diatas keyboard dan punggung yang kuat.

Saking blended-nya pengamalan Tri Dharma itu, sampai ada becandanya di sosial media mengenai model sepatu wanita yang digunakan sesuai dengan tahapan karirnya. Sepatu dengan high heels diibaratkan seperti dosen yang baru saja menerima surat keputusan (dosen tetap), pekerjaan masih selow lah ya...
Meski tak seinggi gambar ilustrasi tersebut, di awal saya masih pakai sepatu wedges yang lumayanlah...

Ilustrasi selanjutnya adalah sepatu pantofel yang asumsinya lebih mudah 'dikendarai'. Heels sudah terpangkas karena dengan penerimaan NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional). Nah.. mulai dari sini beban pengajaran mulai meningkat, penelitian harus sekian kali dan pengabdian kepada masyarakat harus sekian kali. Sehingga akan menghasilkan nilai BKD (Beban Kerja Dosen) maksimal 16SKS minimal 12SKS.
Saya? Ya iya pakai sepatu ginian yang bahan empuk malah supaya ga cepat lelah.

Sepatu kets saya skip karena saya rasa tidak cocok dengan gamis saya, plus saya kurang aware karena banyak aktivitas sehingga terlambat mengisi BKD yang berefek pada terlambatnya menerima jabatan fungsional. Asisten Ahli baru saya terima SK- nya hari ini padahal bisa sejak 1 tahun lalu.
*tobat

Okay untuk sendal gunung dan sendal selop. Kenapa diibaratkan semakin tinggi jabatan fungsionalnya semakin menipis alas kakinya. Kewajiban lektor kepala dan guru besar sungguh luar biasa. Jangankan lektor kepala, saya yang baru saja dapat jabfung saja sering pakai 2 alas kaki diatas.

Jadi sepatu memang ditinggal di kantor, karena kebebasan berfikir dan berkreasi dalam pendidikan seperti terbatasi ketika kaki-kaki kami harus dibelenggu dinding sepatu. Saking mikirnya, kadang saya (bahkan ada teman saya juga) kalau mau ke meja atau ruangan sebelah, lupa ga pakai alas kaki. No no no...

Big no kalau di kelas ya...
Di kelas wajib 'ain pakai sepatu

Ini sepatuku, gimana sepatumu gaes...

2 komentar:

  1. Sekarang saya lebih suka pakai sepatu kets saat ke kantor, bukan apa-apa, tiap hari pulang pergi rumah kantor dengan 2x ganti transportasi umum (transportasi darat & laut) tentu tidak mudah bila memakai pantofel 😁

    BalasHapus
  2. Saya udah nggak kerja sih, tapi sekarang saya suka banget pakai sepatu keds.
    Dulu kerja pakai sepatu fantovel sih, tapi di kantor aja, terus di buka ganti sepatu safety buat ke proyek.

    Sepatu keds memang asyik, tapi memang kurang praktis sih buat sholat dan semacamnya, apalagi bagi orang sibuk, kayaknya sepatu model sandal yang paling cocok.
    Kalau saya malah dulu senangnya pakai sandal jepit di kantor hahaha, nanti ada klien atau ke ruangan bos baru pakais epatu lagi :D

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan kenangan di kolom komentar blog. Insyaallah segera dibalas :)

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup, it's not that hard to do dear...

Diberdayakan oleh Blogger.