[Repost] Jamu Motor



Jamu motor yang saya maksud ini sebenarnya adalah jamu gendong yang telah mengalami evolusi. So guys mendadak gaul jamu gendong yang dulunya digendong pakai dunak (baca: bakul) sekarang tidak lagi digendong tetapi bonceng motor. Nah si ibuk tukang jamu yang dulu memakai jarik melipit beserta kemben, kebaya dan capingnya sekarang lebih gahar memakai baju kaos, celana panjang dan topi. Ya iya dong yes, kalau naik motor pakai kain jarik kan bisa berabe tuh ;)

Okeh back to the Jamu. Setelah melahirkan dulu saya sering dibuatkan jamu kunyit asam oleh ibu saya. Begitu balik ke Semarang lagi, jamu yang saya minum berubah menu. Bukan lagi jamu kunyit asam tetapi jamu wejah. Wejah ini bahasa jawa tulen, arti leterlek-nya saya tidak paham. Saya taunya jamu wejah itu gabungan dari jamu daun sirih, jamu kunyit asam supaya bau badan harum, jamu lempuyang dan jamu ijonan yang berasal dari sari daun pepaya sebagai pelancar asi.

Yes, daun pepaya. Utamanya saya minum jamu wejah ini adalah untuk melancarkan ASI, di mana saya hendak mengambil manfaat dari daun pepaya ini. Rasanya? Ya tetep sama saja, pahit. Rasa pahit ini agak tergalaukan *hah* karena dicampur dengan jamu-jamu yang lain. Plus ada penawar racun eh pahit setelah minum jamu utamanya, yaitu jamu beras kencur yang manis-manis hangat.

Daun pepaya juga dipercaya memiliki efek booster ASI lebih tinggi daripada daun katuk. Seandainya tiap hari harus makan daun pepaya yang dimasak mungkin cepat sekali patah semangat ini. Syukurlah nenek moyang kita sudah memberikan solusi hebat. Semoga jamu gendong yang telah berevolusi menjadi jamu motor tetap eksis di dunia perjamuan dan pemeliharaan kesehatan yang bisa dijadikan alternatif pilihan sebagai therapy herbal.

Pilih Jamu Gendong!!

10 komentar:

  1. Klo naik motor kan area jangkauannya mbok jamu jd lbh luas ya.

    BalasHapus
  2. Pesenin beras kencur barang 2 botol dong.
    He he he. Akhirnya ketemu juga blog mba Indri.

    BalasHapus
  3. hehehe... tumben pak ga bikin beras kencur sendiri :D
    terima kasih sudah di follow kembali

    BalasHapus
  4. iya mbak betul n ga capek, rumah ortu sy nanjak2 kasian kalo jual jamu ala tempoe doeloe :D

    BalasHapus
  5. Jd inget temenku yg jualan jamu, dia naik sepeda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jaman sekarang jualan jamu lebih mudah pakai kendaraan biar ga capej bawa jamu2nya. Salut sama para mbak/mbok jamu. Melestarikan budaya pemeliharaan kesehatan :)

      Hapus
  6. di tempat saya masih mbak..masih ada yang setia dengan bakulnya, memang lebih mbok-mbok gitu, ada juga yang pakai sepeda atau motor dan mereka lebih muda, mungkin perbedaan generasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak perbedaan generasi, mungkin juga kalau mbok2 pengen pakai motor cuma tidak bisa mengoperasikan ya mbak :)

      Hapus
  7. Di tempat ane masih ada yg jualan jalan kaki muter muter kampung gitu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. beberapa tempat masih bisa ditemui yang masih gendong jamunya. semangat mencari rejeki penjual jamu memang luar biasa ya.

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan kenangan di kolom komentar blog. Insyaallah segera dibalas :)

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup, it's not that hard to do dear...

Diberdayakan oleh Blogger.