Minggu berbobot : mindfullness therapy di Qita Yoga

With mbak Diah Purwita Rini
Hari minggu kemarin saya berkesempatan hadir di acara rutin Qita Yoga milik mbak Arina di Jl. Kiyai Saleh nomor 13. Hasrat hati yang ingin menimba ilmu Yoga membutuhkan implementasi segera akibat peningkatan berat badan dengan masif dalam akhir semester ini. Sebagai pembicara dalah mbak Diah Purwita Rini dari Yogyakarta

Selain mengajak peserta untuk berkonsentrasi membangun 'Rumah di dalam hati' sendiri. Mbak... membahas sedikit mengenai Wanting Parenting, yaitu pola asuh yang membentuk anak menjadi keinginan orang tua akibat kegagalan orang tua di masa lalu mewujudkan impian atau cita-citanya. Sebgai contoh, orang tua yang gagal menjadi seorang dokter, memaksakan kepada anaknya untuk menjalani hidup dengan profesi dokter. Kemungkinan ada anak yang sejalan dengan keinginan orang tua, namun ada pula yang tidak. Hal ini akan menciptakan kehidupan anak yang tidak sesuai hati nurani mereka masing-masing. Anak tidak bisa menjadi diri mereka sendiri.

Setelah sharing ilmu parenting, mbak meminta peserta untuk sharing Diah Purwita Rini mengenai persepsi peserta mengenai uang. Lalu kami diminta untuk mengeluarkan sleembar uang kertas dan merasakan energi dari uang tersebut. Uang, biasanya akan memberikan energi negatif, ketidaknyamanan. Sebab, uang akan segera ditukarkan dengan barang lain ketika sampai pada tangan kita, dan dia tidak menyukai hal tersebut. Memaknai uang dengan lebih baik sebagai efek dari usaha dan sebab dari bahagia. Segala keikhlasan akan bersumber pada kebaikkan yang datangnya dari Allah.

Sesi berikutnya mbak Rini mengajak peserta untuk menyebutkan 1 sifat negatif yang paling dirasa merugikan. Kemudian meminta kami untuk berkonsentrasi, melihat wajah diri sendiri saat dikuasai sifat tersebut, mengajaknya untuk berdamai, memeluknya dan mengatakan pada diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja dan maafkan semua kejadian beserta orang yang terlibat di dalamnya. 

Mbak Rini memberikan sugesti lanjutan berupa imajinasi mengenai tempat yang paling ingin dikunjungi. Di sana bangunlah sebuah rumah yang nyaman dari lantai, tembok hingga atapnya. Rasakan bahwa disana kami merasa tenang.  Saat keadaan sekitar membuat kita marah, kecewa dan perasaan negatif lainnya. Kami diminta berjanji untuk 'pulang ke rumah di dalam hati' masing-masing untuk meredakan emosi, stress dan menenangkan fikiran. Seberapa kejam dunia, saat kembali ke 'rumah nyaman' di hati masing-masing semua pergolakkan itu akan reda.

What a nice sharing :)

2 komentar:

  1. Sepertinya aku perlu ikutan terapi juga deh. -,-

    BalasHapus
    Balasan
    1. ikut mbak, bumil bisa rileks kalau ikut acara seperti ini

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan kenangan di kolom komentar blog. Insyaallah segera dibalas :)

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup, it's not that hard to do dear...

Diberdayakan oleh Blogger.