Bercerita dengan menggambar

2 hari lalu kami menonton acara menggambar bersama di TVRI. Pak gurunya menjelaskan bagaimana cara mewarnai yang baik dengan teknik gradasi warna dan kerik (dikerik kerayonnya dengan bantuan alat) untuk menciptakan efek tekstur.

Rupanya  acara tersebut membekas di ingatan Dina yang sedang bagus-bagusnya mengingat. Memory tersebut akan muncul kapan saja dan  kadang membuat saya berhenti sejenak dari kegiatan  hanya untuk berkata "subhanallah atau wow" dalam hati. Kenapa dalam hati? karena jika saya ucapkan terkadang cerita atau ide barunya akan terhenti dan menjadi tawa kegembiraan karena dipuji.

Lukisan hasil menonton acara menggambar tersebut memiliki alur cerita meski terpisah-pisah. Gambar di bawah ini adalah gambar doraemon yang gendut dengan mata, hidung, mulut, kaki dan  tangan yang berdiri diatas rumput gradasi. Gambar rumputnya kurang ke bawah dan perut doraemon tidak menyatu menjadi garis bulatnya. Katanya lagi, "Di sebelah doraemon ada telur Dinosaurus, ditunjukkannya satu persatu "ini juga,ini juga".
 Gambar yang satu ini adalah gambar seorang anak yang sedang berada di sungai dengan bebapa ekor buaya di bagian bawah. Buayanya mungki masih belum berevolusi sempurna karena masih seperti kecebong bentuknya. Dina menjelaskan, jika bagian yang bulat adalah kepala buaya sementara bagian yang panjang adalah ekornya.
Hal mengejutkan yang biasa dialami orang tua dengan balita usia 3 tahun adalah media gambarnya, yaitu tembok. Sepertinya menggambar di tembok lebih asyik daripada corat coret biasa di buku. Awal melihat sempat histeris, kemudian.... ya sudahlah... Memang masamu begitu nak!
Saya hanya reflek dan lupa
Seperti halnya ketika saya lupa bahwa anak usia 3 th terkadang masih pipis sembarangan walau sudah bisa toileting ke kamar kecil sendiri. 
Ya begitulah, rejeki di kala sakit mencuci karpet besar dan kecil beserta kain-kain yang terciprat pipis.
Kelelahan seringkali membuat perasaan histeris muncul padahal sudah tau seharusnya jangan. 

Rasa bersalah muncul apalagi ketakutan jika nantinya anak akan belajar berbohong untuk mencari zona aman. Seringkali saya menanyakan perasaaan anak 3 tahun ini dan berusaha untuk membuatnya "mau bicara mengenai perasaannya". Terlalu dini? Tidak, anak zaman sekarang mengagumkan.
Sungguh!
Saya memintanya untuk mengutarakan perasaannya saat saya "lupa dan menjadi meninggi saat bicara", dia mampu dan itu yang mengingatkan saya untuk menghentikan "nada tinggi" saya.

Seperti perkataannya, "umma, aku sedih umma marah".
Lalu kami berpelukkan seperti Teletubies dan saling meminta maaf karena kenakalannya dan ketidaksabaran saya.

And So,
Mungkin dia suka menggambar, mari kita tunggu gambar bentuk cinta pertamanya di atas kertas

Sumber gambar :
StockSnap.io dan dokumen pribadi

2 komentar:

  1. Duuuh si kecil udah mulai pintar menggambar. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah mbak, mulai bisa berimajinasi

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan kenangan di kolom komentar blog. Insyaallah segera dibalas :)

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup, it's not that hard to do dear...

Diberdayakan oleh Blogger.