Bekerja, beribadah dan piknik

02.01.00
Setiap pekerjaan adalah ibadah, ketika makna 'ibadah' tersebut mampu kita dapatkan. Lagi-lagi bekerja sebagai perawat (tentu saja saya akan bercerita tentang perawat) memiliki banyak peluang ibadah baik makna sesungguhnya maupun makna tersembunyi. Maksud saya, dengan merawat orang sakit adalah ibadah dalam makna tersembunyi. Makna ibadah sesungguhnya adalah ketika bekerja menjadi perawat, saya diberikan kemudahan untuk beribadah Umrah dan berhaji.

Masih banyak perawat yang ragu untuk bekerja di Saudi Arabia karena takut jika diperlakukan buruk. Perawat adalah pekerja profesional yang bekerja di bidang formal. Jadi ketika bekerja, perawat bertanggung jawab kepada Pemerintah atau tempat instansi bekerjanya. Kebetulan saya bekerja di Kementrian Kesehatan Kerajaan Saudi Arabia. Pemerintah menghormati dan memfasilitasi kami dengan baik termasuk menjaga keamanan dan keselamatan. Masa kerja saya sudah selesai bertahun lalu, tapi saya masih suka menulisnya di blog. Supaya menjadi story chain untuk perawat lain.

Suka, duka setiap manusia melalui, begitu juga saat bekerja di Arab Saudi. Selain berlelah bekerja, setiap bulan kami boleh piknik alias outing day. Pilihan terindah adalah ke Masjidil Haram. Bagi kami yang pernah bekerja di sana atau tinggal di sana. Meng-upload foto di Masjidil Haram merupakan suatu hal yang lumrah, bahkan menjadi sebuah komunikasi di sosial media. Teman antar rumah sakit atau puskesmas bisa mengetahui posisi masing-masing untuk kemudian saling berjumpa. 

Umumnya kawan senegara yang datang bersama kemudian berpisah setelah mendapatkan posting atau penempatan. Kemungkinan juga kawan yang berkenalan di bandara atau di asrama transit. Seru! Saat melihat seorang teman meng-upload foto mereka berada di sudut Masjidil haram kemudian berbalas komen pemberitahuan posisi masing-masing dan akhirnya 'jalan bareng untuk makan siang atau belanja'.

Riya'? Hanya Allah yang tau masing-masing hati. Seorang ustadz ataupun ustadzah bebas meng-upload foto mereka di Tanah suci dan hanya Allah jua yang tau masing-masing hati mereka. Bagi saya sangat ironis ketika saya dengan gembira bercerita main ke Sam Po Koong, Borobudur atau ke Gereja blenduk yang kesemuanya adalah tempat ibadah agama lain yang menjadi cagar budaya Nasional tetapi saya enggan untuk bercerita keindahan tiap sudut Masjidil Haram. Dan mengajak saudara seiman bersegera meneguhkan hati dan kantong(termasuk saya sendiri) demi menunaikan ibadah haji serta umrah, hanya karena takut akan judging dari manusia?
Tidak, hanya Allah yang tau hati saya. Cukuplah saya berbicara dari hati denganNya. Maka saya Berbagi keindahan Masjidil Haram dari memory beberapa foto yang sempat saya bawa bersama ke Semarang.
 Jalan sepanjang arah menuju masjid Gaza, Masjid sebelum Masjidil Haram. Tempat saya mengambil foto asalah pasar yang biasanya jama'ah berbelanja oleh-oleh.

Jalan menuju Masjid dari Abraj Hotel

Salah satu pintu masuk

lantai atas dari Masjidil Haram

Terngnya cahaya matahari menandakan suhu yang biasanya berkisar 37-38 derajat celcius, pernah mengalami sampai 40 derajat celsius  
Setiap orang yang pertama kali melihat Ka'bah pasti terharu dan menangis, 
meski mengintip seperti ini karena saking ramainya jama'ah

 Sa'i dari Safa ke Marwa

Green light zone, disini tempat untuk berdo'a banyak-banyak 
untuk diharamkan api neraka pada kita

Finally finish Umrah, disarankan untuk tidak mengambil foto membelakangi Ka'bah
waktu itu saya belum tahu dan setelahnya jarang berfoto di depan Ka'bah lagi.


 Area Maqam Ibrahim. Maqam artinya tempat, tempanya Nabi ibrahim pertama kali mengumandangkan adzan. Di dalamnya ada batu yang cekung bekas kaki beliau. Batu pijakkan ini akan meninggi saat diinjak nabi ibrahim untuk mengumandangkan adzan kemudian turun ke bumi kembali setelah adzan selesai

Saya dan salah satu teman saya dari Kashmir. kok saya ga pakai cadar di arab?
Saya pakai, sewaktu dinas. Ini Fitting cadar sebelum berangkat kembali dari liburan tahunan di Indonesia. Cadar adalah pilihan, tidak wajib. Di tempat kerja saya seragam yang dipakai menggunakan cadar, jadi saya pakai cadar. Tetapi tidak semua section mewajibkan cadar. Saat umrah kebanyakan tidak memakai cadar. Asal sudah masuk Lingkaran Haram. Cadar dan jilbab bukan budaya Arab. Islam mewajibkan jilbab dan sunnah untuk cadar.

Ini foto terindah yang saya ambil. Saya duduk di teras Abraj dan menunggu teman-teman menyelesaikan Umrah mereka. Saya tidak bergabung karena sedang berhalangan.
Foto ini mengingatkan untuk bersegera kembali ke sana bersama keluarga kecil saya, InsyaAllah. Sekaligus menjadi kenangan 'Piknik Terjauh' saya dari rumah 

Alhamdulillah

10 komentar:

  1. Barakallah Mba, senangnya bisa bekerja sekaligus beribadah di KSA :)

    semoga suatu saat saya dan keluarga bisa menunaikan ibadah haji & umrah. aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin
      Sy juga belum kesana dengan keluarga. insyaAllah mbak, doa qt dikabulkan Allah

      Hapus
  2. Doakan ya mba, moga saya bisa segera menyusul ke Mekkah, baru buka tabungan haji nih isinya sih baru dikit, belum bisa daftar hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. InsyaAllah mb, berdoa bersama
      Sy juga mulai nyicil nabung.
      Berharap mampu, InsyaAllah segera dimampukan Allah.
      Aamiin

      Hapus
  3. Betul. Riya atau tidak riya hanya diri kita dan Tuhan yang mengetahuinya.Manusia kadang menilai kita sedang riya, itu sah-sah saja. Jika kita bercerita tentang haji itu bisa juga menjadi syiar agar muslim yang lain tergerak hatinya.
    Melihat gambar-gambar di atas saya jadi ingin kembali ke tanah suci untuk umrah, ya hanya umrah. Ini untuk memperpendek antrian karena masih banyak saudara-saudara kita yang belum menunaikan rukun Islam ke-5 itu.
    Terima kasih artikelnya yang menarik dan inspiratif.
    Salam hangat dari Jombang

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih pakde sudah berkunjung
      semoga kita segera kembali ke tanah suci untuk beribadah
      aamiin

      Hapus
  4. Iya, semua diawali dan bergantung niat. Niat saya semoga bisa ke tempat yang mbak ceritakan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin. semoga kita semua yang berniat, segera diberikan kemudahan oleh Allah SWT

      Hapus
  5. waduh mbak, jadi kangen ke Arab lagi buat ibadah mbak.. jadi inget juga waktu itu sempet jalan2 belanja sama yang punya toko disuruh beli cadar yang ternyata kl dirupiahin mahal juga buat selembar kain item yang bisa bikin sendiir sebenrnya dan lebih murah wkwkkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, cadar disana agak mihil, kainnya mungkin yang agak beda mbak
      saya punya yg kainnya kalo dilihat macam saringan tahu :D tapi kalau dipakai lembut dan dingin. tergantung teknik memakainya

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan kenangan di kolom komentar blog. Insyaallah segera dibalas :)

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup, it's not that hard to do dear...

Diberdayakan oleh Blogger.